بِسْــــــــــــــمِ اللهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيْـــــمِ


Sabtu, 14 April 2012

It looks like silly that i miss you very….


semacam menyerahkan hati berkali-kali, untuk disakiti.
tanpa jera, meski sesekali tetap terbesit rasa ingin berlari, ingin pergi.
jangan tanya mengapa.
entah balas budi, entah tau dalam hati, mungkin anda yang lebih sakit dari sisi ini.
tak pernah tega untuk pergi. tak pernah.
meski berkali menusuk hati, lagi, lagi.
meski kadang saya pun tak punya nyali untuk menghampiri.
hanya diam melihat dari sini.
maaf.
terkadang saya pun takut ditolak. kadang saya merasa terlalu sesak.
kadang saya pun perlu menata hati sendiri.
maaf. maaf.
Tak pernah cukup menjadi sebuah alasan untuk anda tersenyum lagi.
tapi saya tak ingin pergi. tak pernah benar-benar ingin pergi…
maaf. maaf.
mungkin saya hanya bisa ada. tanpa tau harus apa. entah berguna. entah sia-sia.
terkadang, melihat orang yang disayangi menderita sedemikan rupa tanpa bisa berbuat apa-apa, maka sakitnya berlipat dua…
hanya saja,
pasti terasa rindu bila melewati jalan itu tanpa ada kamu,
manakala semua yang terekam dalam setapaknya adalah bayang-bayang tentangmu…
lalu bagaimana? saat terlalu ingin untuk kembali menikmati kenangan setapak itu, namun tetap saja tak ada kamu, bukankah sama saja seperti melipatgandakan sebuah rindu yang sudah di ujung sendu?

Seberapa berharga


kadang, kurang menghargai yang kita miliki…
sepele, hanya karena tak tahu berapa harganya…
kalau mahal, dan hilang, lalu menyesal…
lalu, apa harus hilang sebelum kita sadar bahwa itu benar berharga?
hanya saja kadang kita merasa memiliki sesuatu yang seharusnya belum menjadi milik kita…
yang kita miliki bukanlah sesuatu, hanya sebuah perasaan memiliki…
dan akhirnya kita temui adalah perasaan kehilangan rasa memiliki…
hanya saja kadang kita tak merasa memiliki apa yang sebenarnya kita miliki…
maka tak dijaga dengan sepenuh hati… 
memiliki kehilangan…
rasa kehilangan hanya akan ada jika kau pernah merasa memilikinya…
dan sesungguhnya kita ini tak pernah memiliki suatu apapun…

Selalu ada alasan untuk berlari, yang paling dibutuhkan adalah keberanian dan ketegaan untuk berpaling dari mereka yang memanggil namamu…


Mungkin kita telah sedikit bergeser dari garis lurus kita…..
saya yang bergeser sepersekian derajat…..
mungkin anda juga memilih bergeser sepersekian derajat….
hanya sepersekian,
mungkin bukan dalam perbuatan, mungkin hanya sebatas pemikiran….
tapi…..
selisih sudut sepersekian derajat itu, semakin besar radiusnya,
maka akan kita sadari kalau ternyata busur antara kita telah jadi sekian panjang….
tak terduga…. tak disadari,
perlahan membesar….. jarak kita menjauh…..
saya dan cita-cita saya….
mungkin saya harus merambah jalan sendiri….
melanjutkan jalan kemarin yang -terimakasih- sudah sempat dirintis bersama anda…..
mungkin kita tetap satu tujuan, tapi hanya berbeda jalan…..
semangat… semangat…..
jalan yang manapun, insyaallah tetep bisa saling mendukung…. aaamiiin….
mungkin selama ini sebenarnya yang selalu memanggil untuk kembali dan menahan saya untuk pergi adalah suara saya sendiri, yang takut lepas dari zona ini…. 
sekarang…. mudah-mudahan saya benar-benar bisa beranjak….

Jangan pernah ‘memaksa’ orang lain memahami kamu. Kamu, yang harusnya belajar memahami orang lain.

Mungkin bisa diartikan, nggak bisa maksa orang lain buat memahami kita. Apalagi lewat tindakan-tindakan yang bener-bener mengandung unsur ‘memaksa’, minta perhatian. Tambah kita makin nggak bisa dipahami.
Mungkin lebih sederhananya, berusaha memahami orang lain… Mungkin dari situ kita bisa jadi paham kenapa orang itu nggak bisa ‘paham’ tentang kita. Bisa lilo legowo. Malah mungkin kita jadi tau jalan yang kira-kira pas buat nunjukin diri kita supaya lebih mudah dipahami….

pasti (selalu) kembali

Apa apa yang kita beri, pasti nantinya akan kembali, lagi… Pasti,
Sayang kita sering lupa bahwa siklus dunia tak hanya dua arah bolak balik dalam (hanya) sebuah jalur seperti yang sering banyak termindset di pikiran kita. Padahal dunia sebenarnya lebih sederhana. Memberi, lalu menerima. Selalu seperti itu. Memberi, pasti nanti kembali. Sederhana bukan? 
Tapi kadang kita bertahan, saya memberi kepada anda, maka saya nanti (seharusnya) akan menerima dari anda….
Padahal dunia itu sederhana. Memberi, lalu menerima. Memberi, dan kemudian menerima kembali. Entah dari siapa. Atau bagaimana. Namun kita memberi, selanjutnya pasti akan menerima. Sederhana….  
Sayangnya kita sering lupa… Mempersulit suatu yang sederhana…

....

The best love is when you find someone who makes your Imaan rise, who makes you more pious and who helps you here in the dunya because that person wants to meet you again in Jannah.